Profil Desa Panusupan
Ketahui informasi secara rinci Desa Panusupan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Wisata Panusupan, Rembang, Purbalingga, sebuah destinasi unik yang memadukan kesakralan wisata religi Makam Ardilawet dengan pesona wisata alam modern seperti Jembatan Cinta, menciptakan sinergi ekonomi, spiritual, dan rekreasi yang kuat.
-
Pusat Wisata Religi Terkemuka
Desa Panusupan merupakan lokasi Makam Ardilawet (Syekh Jambu Karang), sebuah situs keramat yang menjadi magnet spiritual dan destinasi ziarah utama di Jawa Tengah, menarik puluhan ribu pengunjung setiap tahun.
-
Inovasi Destinasi Wisata Alam Modern
Digerakkan oleh Pokdarwis, Panusupan berhasil mengembangkan berbagai objek wisata kekinian seperti Jembatan Cinta Pring Wulung, Bukit Sendaren, dan susur sungai, yang sangat populer di kalangan generasi muda.
-
Harmoni Ekonomi Spiritual dan Rekreasi
Desa ini menjadi model sukses dalam mengelola dua arus pariwisata yang berbeda—religi dan rekreasi—untuk menciptakan ekosistem ekonomi yang saling melengkapi dan menyejahterakan masyarakat secara luas.

Di antara lipatan perbukitan Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Desa Panusupan memancarkan pesona yang langka dan berlapis. Desa ini tidak hanya dikenal sebagai sebuah destinasi, melainkan sebuah fenomena, tempat bertemunya dua dunia pariwisata yang berbeda: kekhusyukan spiritualitas dan keriangan rekreasi modern. Panusupan ialah rumah bagi Makam Ardilawet yang sakral, sekaligus kanvas bagi kreativitas pemuda dalam melahirkan objek wisata alam yang fotogenik dan diminati kaum milenial.
Keberhasilan Desa Panusupan terletak pada kemampuannya untuk merawat warisan leluhur sambil merangkul masa depan. Di satu sisi, desa ini menjadi pusat ziarah yang tak pernah sepi, menggerakkan roda ekonomi tradisional yang berbasis pada kebutuhan para peziarah. Di sisi lain, inovasi tiada henti melahirkan destinasi-destinasi baru yang viral di media sosial, membuka sumber pendapatan alternatif yang tak kalah signifikan. Profil ini akan mengupas tuntas bagaimana Desa Panusupan secara harmonis memadukan kesakralan dan kreativitas, menjadikannya salah satu desa wisata paling komplet dan dinamis di Jawa Tengah.
Kondisi Geografis dan Demografi
Letak geografis Desa Panusupan memainkan peran ganda. Lerengnya yang terjal dan subur menjadi latar yang sempurna untuk wisata alam, sementara posisinya yang dianggap keramat secara historis menjadi fondasi bagi wisata religinya.
- Letak WilayahTerletak di Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini berada di kawasan dataran tinggi yang sejuk dan asri.
- Luas WilayahLuas total wilayah Desa Panusupan yaitu 751 hektare (7,51 km²), yang didominasi oleh perbukitan, lahan pertanian, hutan rakyat dan area pemukiman.
- Batas WilayahWilayah desa ini berbatasan dengan kawasan strategis lainnya:
- Sebelah UtaraBerbatasan dengan Hutan Negara (Perum Perhutani)
- Sebelah TimurBerbatasan dengan Desa Tanalum
- Sebelah SelatanBerbatasan dengan Desa Makam
- Sebelah BaratBerbatasan dengan Desa Rajawana (Kecamatan Karangmoncol)
- KependudukanBerdasarkan data kependudukan terbaru, Desa Panusupan dihuni oleh 8.155 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, kepadatan penduduknya mencapai sekitar 1.085 jiwa/km². Desa ini memiliki struktur pemerintahan yang terdiri dari 5 dusun, 10 Rukun Warga (RW), dan 47 Rukun Tetangga (RT).
- Kode PosKode pos resmi untuk Desa Panusupan adalah 53356.
Sebagian besar penduduknya terlibat aktif dalam ekosistem pariwisata, baik sebagai penyedia jasa, pedagang, pengelola homestay, maupun petani yang menyuplai hasil bumi untuk kebutuhan wisatawan.
Magnet Spiritual: Sakralitas Makam Ardilawet
Pilar utama yang menopang nama besar Desa Panusupan ialah keberadaan Makam Ardilawet, tempat peristirahatan terakhir seorang tokoh penyebar agama Islam yang sangat dihormati, Syekh Jambu Karang. Situs ini bukan sekadar pemakaman, melainkan sebuah pusat spiritual yang memancarkan aura ketenangan dan menjadi tujuan utama para peziarah dari berbagai penjuru Nusantara.
Menurut riwayat, Syekh Jambu Karang merupakan seorang bangsawan dari Kerajaan Pajajaran yang menyingkir ke wilayah ini dan mendedikasikan hidupnya untuk dakwah. Kewibawaan dan jejak sejarahnya menjadikan Makam Ardilawet sebagai situs yang dikeramatkan. Setiap hari, terutama pada malam Jumat Kliwon, kompleks pemakaman ini dipadati oleh ribuan peziarah yang datang untuk berdoa, bertawasul, dan mencari ketenangan batin.
Puncak keramaian terjadi saat acara tradisi tahunan seperti Grebeg Suro atau peringatan haul (peringatan wafatnya) Syekh Jambu Karang. Puluhan ribu orang akan memadati desa, menciptakan perputaran ekonomi yang luar biasa. Warung makan, toko suvenir keagamaan, penyedia jasa transportasi, dan penginapan sederhana milik warga meraup keuntungan signifikan dari arus pengunjung spiritual ini.
Inovasi Wisata Alam: Menjawab Tren Generasi Milenial
Jika Makam Ardilawet merupakan jiwa dari Desa Panusupan, maka destinasi wisata alam modern adalah raganya yang dinamis. Digerakkan oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Wira Kencana, para pemuda desa berhasil mengubah potensi alam menjadi objek wisata yang sangat relevan dengan tren masa kini.
Beberapa ikon wisata alam Panusupan yang paling terkenal meliputi:
- Jembatan Cinta Pring WulungSebuah jembatan bambu berbentuk hati yang membentang di atas lembah hijau. Lokasi ini menjadi salah satu spot foto paling viral dan instagramable di Purbalingga, menarik ribuan anak muda setiap bulannya.
- Bukit SendarenMerupakan gardu pandang di puncak bukit yang menawarkan pemandangan 360 derajat. Tempat ini menjadi lokasi favorit untuk menikmati matahari terbit (sunrise), matahari terbenam (sunset), dan berkemah di bawah lautan bintang.
- Susur Sungai dan River TubingMemanfaatkan aliran Sungai Tuntunggunung yang jernih, Pokdarwis menyediakan paket petualangan susur sungai menggunakan ban. Aktivitas ini menawarkan sensasi rekreasi yang menyegarkan di tengah alam pedesaan.
Keberhasilan pengembangan destinasi ini menunjukkan kemampuan adaptasi masyarakat Panusupan. Mereka tidak hanya menjaga warisan lama, tetapi juga berani berkreasi menciptakan hal baru yang sesuai dengan selera pasar pariwisata modern.
Sinergi Ekonomi: Dari Warung Ziarah hingga Kafe Instagramable
Keunikan Desa Panusupan terletak pada kemampuannya mengelola dua pasar pariwisata yang berbeda secara simultan. Di sekitar kompleks Makam Ardilawet, ekosistem ekonomi yang terbentuk bersifat tradisional dan melayani kebutuhan peziarah: warung nasi rames, penjual oleh-oleh religius (tasbih, peci, minyak wangi), dan penginapan sederhana.
Sementara itu, di sekitar lokasi wisata alam seperti Jembatan Cinta dan Bukit Sendaren, atmosfer ekonominya lebih modern. Muncul kafe-kafe kecil yang menyediakan kopi lokal dan makanan ringan, penyewaan properti foto, serta penjual merchandise yang menyasar segmen anak muda. Jaringan homestay di desa ini pun melayani dua tipe tamu: peziarah yang mencari tempat istirahat yang terjangkau dan wisatawan alam yang menginginkan penginapan dengan pemandangan indah. Sinergi ini menciptakan ketahanan ekonomi yang kuat, karena jika salah satu segmen wisata sedang sepi, segmen lainnya dapat menopang.
Pembangunan dan Tantangan Infrastruktur
Popularitas Panusupan sebagai destinasi wisata ganda membawa konsekuensi berupa tekanan besar pada infrastruktur dan lingkungan. Akses jalan menuju desa, terutama saat puncak keramaian ziarah, sering kali mengalami kemacetan. Pemerintah daerah bersama pemerintah desa terus berupaya melakukan pelebaran dan perbaikan jalan secara bertahap.
Tantangan lainnya ialah pengelolaan sampah yang dihasilkan oleh ribuan pengunjung. Pokdarwis dan pemerintah desa telah menginisiasi program kebersihan rutin dan penyediaan tempat sampah, namun kesadaran dari pengunjung tetap menjadi kunci. Selain itu, seperti desa-desa lain di sekitarnya, Panusupan juga memiliki risiko bencana longsor. Upaya mitigasi melalui penanaman pohon, pembuatan terasering, dan sosialisasi jalur evakuasi terus dilakukan untuk menjamin keselamatan warga dan wisatawan.
Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, merupakan sebuah studi kasus yang luar biasa dalam dunia pariwisata perdesaan. Desa ini membuktikan bahwa tradisi dan modernitas tidak harus saling meniadakan, tetapi justru dapat saling memperkuat. Dengan Makam Ardilawet sebagai fondasi spiritual dan destinasi alam sebagai pendorong kreativitas, Panusupan telah membangun sebuah identitas yang kokoh dan sumber ekonomi yang beragam.
Masa depan desa ini bergantung pada kemampuannya untuk terus menjaga keseimbangan. Keseimbangan antara jumlah pengunjung dan daya dukung lingkungan, antara komersialisasi dan pelestarian kesakralan, serta antara pembangunan infrastruktur dan mitigasi risiko bencana. Dengan manajemen yang bijak dan semangat komunitas yang terus menyala, Desa Panusupan akan terus bersinar sebagai destinasi di mana jiwa dan raga dapat menemukan kepuasannya.